Breaking News
Loading...
Wednesday, October 14, 2015

Dari Agen Bermasalah Menjadi Pemilik Klub

ShadowPrediksi - [Bagian pertama: Agen Pemain yang Menyelamatkan Klub Bangkrut Inggris]

Pini Zahavi berhasil membuat sejumlah perubahan bagi sepakbola Inggris. Tak hanya bagi pemain yang merupakan kliennya, Chelsea dan Portsmouth pun merasakan dampak yang teramat besar atas kontribusi yang dilakukan Zahavi.

Chelsea sebagaimana yang kita ketahui, kini menjadi salah satu klub terkuat di Inggris dan Eropa. Di Liga Primer Inggris, The Blues selalu menjadi kandidat kuat peraih juara. Sementara Portsmouth, meski kini berlaga di divisi dua, pernah menorehkan sejarah dengan menjuarai Piala FA setelah diakuisisi Alexandre Gaydamak, yang merupakan anak dari rekan Zahavi, Arkady Gaydamak.

Namun tak hanya sisi positif, Zahavi bahkan kini lebih dikenal sebagai perusak aktivitas transfer sepakbola Inggris. Kegiatannya dalam berbisnis pemain dengan banyak kesebelasan, membuatnya memperkenalkan sepakbola Inggris pada Third Party Ownership (TPO) atau kepemilikan pihak ketiga. Saat ini Inggris telah melarang aktivitas keterlibatan pihak ketiga dalam kepemilikan hak komersial pemain.

Di Balik Persoalan Transfer Tevez dan Mascherano

Pada Agustus 2006, West Ham United berhasil memboyong dua talenta berbakat asal Argentina dari klub Brasil, Corinthians: Carlos Tevez dan Javier Mascherano. Namun ternyata, terdapat intrik atas transfer kedua pemain ini.

Sebelum bergabung dengan West Ham, sebenarnya Mascherano digosipkan tengah diincar Real Madrid dan Barcelona, serta sejumlah kesebelasan top Eropa lainnya. Karenanya, kepindahan pemain kelahiran 8 Juni 1984 tersebut ke West Ham memunculkan tanda tanya besar.

Pindahnya Mascherano dan Tevez ke West Ham pun mendapatkan protes keras dari pelatih timnas Argentina saat itu, Alfio Basile. Apalagi setelah melihat penampilan keduanya yang tampak tak menunjukkan kemampuan terbaiknya.

"Saya pikir mereka [Tevez dan Mascherano] bermain dengan setengah hati dan saya khawatir," ungkap Basile seperti yang ditulis BBC pada Oktober 2006.

"Saya harap keduanya bisa meninggalkan kesebelasan tersebut [West Ham] secepat mungkin. Demi Tuhan saya berharap Mascherano bisa pindah ke Juventus seperti yang diisukan sebelumnya meski harus bermain di divisi dua (Serie B). Sementara untuk Tevez, saya harap dia bermain di kesebelasan yang memainkannya sebagai penyerang tengah, bukan penyerang sayap seperti yang ia perankan saat ini."

Kepindahan Tevez dan Mascherano ke West Ham ternyata memang bukan atas kehendak sang pemain. Kepindahan ini murni karena Media Sport Investment (MSI), agensi pemain kedua tersebut, merupakan agensi yang pernah dipimpin oleh Kia Joorabchian. Siapa Kia Joorabchian? Saat itu, ia adalah pemilik West Ham.

Mengutip artikel Kepemilikan Pihak Ketiga, kepindahan Tevez dan Mascherano ke West Ham hanya akal-akalan Joorabchian untuk mendapatkan keuntungan dari kedua pemain tersebut. Dengan kata lain, West Ham hanyalah etalase keduanya untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi, di mana terdapat klausul untuk melepas keduanya pada kesebelasan lain asalkan mereka membayar hak komersial keduanya.

Lalu di mana letak peran Zahavi? Zahavi memiliki relasi yang bagus dengan kedua belah pihak: MSI dan Joorabchian. Zahavi pada transfer ini bertindak sebagai broker atau perantara saja. Sementara keberhasilan MSI memiliki hak penuh atas Tevez dan Mascherano adalah berkat "ulah" Zahavi.



Pada 2004, dua tahun sebelum transfer ini, MSI membeli kepemilikan Corinthians untuk 10 tahun ke depan atas saran Zahavi. Pada kesepakatan ini, mayoritas pemain Corinthians saat itu menjadi milik MSI. Kesepakatan ini sendiri terjadi karena sebagaiman kesebelasan Amerika Selatan pada umumnya yang sering dilanda krisis finansial. (Baca juga: Krisis di Brasil)

Bagaimana Tevez bisa hijrah ke Corinthians dari Boca Juniors pun tak lepas dari peran Zahavi. Saat itu, Tevez masih merupakan klien dari Fernando Hidalgo dari agensi HAZ Sports yang berdomisili di Buenos Aires. Dan ternyata, Hidalgo merupakan kerabat Zahavi di mana keduanya bertemu saat Zahavi melakukan perjalanan ke Amerika Selatan beberapa tahun sebelumnya.

Meskipun begitu, Zahavi pada transfer ini seolah berperan sebagai agen dari West Ham yang berusaha mendapatkan kedua pemain ini. Maka berkat "keberhasilan" transfer Tevez dan Mascherano ini ke West Ham, The Guardian menyebutkan bahwa Zahavi mendapatkan komisi sebesar 5 juta poundsterling.

Yang menjadi masalah, pada transfer kedua pemain ini pun terdapat klausul di mana West Ham harus menjual sang pemain ketika terdapat tawaran dalam kisaran tertentu. Jika pun West Ham ingin mempertahankannya, West Ham wajib membeli sang pemain dengan harga 40 juta poundsterling.

Secara tidak langsung, sebenarnya West Ham meminjam sang pemain, bukan membeli. Karena masa depan pemain, seolah agensi pemainlah yang menentukan nasibnya. Inilah yang dianggap merugikan klub.

"Adalah sebuah hal yang berbahaya ketika seorang pemain bukan aset sebuah klub," ujar Kevin Roberts, editor directorial media SportBusiness. "Dari pandangan finansial, sebuah klub tak benar-benar memiliki pemain dan hal ini tak akan menghadirkan keuntungan bagi mereka ketika sang pemain pindah di kemudian hari."

Kepindahan Mascherano ke Liverpool enam bulan setelah kedatangannya ke West Ham melahirkan masalah baru. Asosiasi Sepakbola Inggris pun mulai gerah dengan apa yang terjadi pada West Ham karena keterlibatan pihak ketiga ini. Tim investigasi pun dibentuk untuk mengusut sejauh apa kasus yang ada pada transfer ini.

Hasilnya, West Ham didenda FA sebesar 5,5 juta poundsterling karena terbukti bersalah tidak melaporkan kepemilikan MSI atas Tevez dan Mascherano. Denda ini merupakan denda termahal di dunia sepakbola pada saat itu.

Awalnya Zahavi pun ikut diinvestigasi mengenai keterlibatannya atas transfer tersebut. Namun dengan statusnya yang hanya sebagai agen Israel dan tidak ada bukti-bukti kuat atas keterlibatannya secara langsung, Zahavi pun bebas dari segala tuduhan.

Permainan Zahavi inilah yang membuatnya tetap bermain sebagi orang di belakang sejumlah transfer, tak terlibat langsung. Hubungan dekatnya dengan banyak pihak, membuatnya bisa menghasilkan banyak uang dari komisi-komisi yang ia dapatkan dari sejumlah transfer yang merupakan hasil perantaranya.

Transfer Ashley Cole dari Arsenal ke Chelsea, Didier Drogba dari Marseille ke Chelsea, Petr Cech dari Rennes ke Chelsea, Collins Mbesuma dari Kaizer Chiefs ke Portsmouth, Fabio Rochemback dari Barcelona ke Middlesbrough, dan Yakubu Aiyegbeni dari Portsmouth ke Middlesbrough disinyalir terjadi dengan adanya campur tangan Zahavi. Transfer-transfer itu terjadi berkat kedekatannya dengan pemilik klub seperti Roman Abramovich (Chelsea) dan Alexandre (Portsmouth), serta agen pemain seperti Barry Silkman yang memuluskan transfer sejumlah pemain ke Middlesbrough.

Cara Zahavi Mengakali Dilarangnya Kepemilikan Pihak Ketiga

Semenjak Zahavi melakukan praktik kepemilikan pemain oleh pihak ketiga di Inggris, FA dan juga FIFA mulai menutup segala akses praktik ini di seluruh dunia. Hal ini yang sempat membuat geraknya di dunia transfer menjadi terbatas.

Namun Zahavi tak habis akal. Untuk mengakali praktik third party ownership yang dilarang di Inggris, ia membeli sebuah kesebelasan untuk menampung pemain-pemain yang menurutnya bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kemudian hari.

Pada Juli 2015, Zahavi memimpin sebuah kelompok investor untuk membeli sebuah kesebelasan dari Belgia, Mouscron-Peruwelz. Mouscron yang sebenarnya diambang kebangkrutan, dibelilah sahamnya hingga 90% oleh Zahavi dkk. Untuk membeli Mouscron, Zahavi menggunakan sebuah perusahaan asal Malta yang merupakan buah dari kerjasamanya dengan Jean-Luc Gripond (mantan presiden klub Prancis, Nantes) dan Teny Yerima (seorang agen asal Kamerun).

Mosucron sendiri merupakan kesebelasan yang baru pertama kali promosi ke Jupiler Pro League, kompetisi teratas Liga Belgia, pada musim 2014/2015. Krisis finansial hampir membuat kesebelasan yang berdiri pada 2010 nyaris terdegradasi pada musim pertamanya di divisi teratas.

"Kami harus sanggup bertahan di divisi teratas hingga beberapa musim ke depan," ujar Edwar van Daale, presiden Mouscron, yang masih memiliki 10 persen saham klub. "Pengambilalihan klub oleh Zahavi dan kelompok investornya adalah nyata. Kami punya firasat bagus tentang kelompok investasi ini."



Jika sebelum diakuisisi Mouscron hanya mengandalkan pemain-pemain pinjaman dari kesebelasan asal Prancis, Lille (yang memiliki kesepekatan kerja sama), pada bursa transfer musim panas ini, lebih dari 25 pemain baru didatangkan Mouscron, atau lebih tepatnya Zahavi. Hanya satu pemain yang berasal dari Lille.

Para pemain baru ini, mayoritas berusia di bawah 25 tahun (yang membuat Mouscron memiliki rataan umur skuat 23,3 tahun, ketiga termuda di Jupiler Pro League). Sementara pemain-pemain yang didatangkan dari berbagai macam negara, membuat Mouscron memiliki 21 pemain non-Belgia, atau yang terbanyak di Jupiler Pro League.

Bisa dibilang, Mouscron akan menjadi etalase para pemain-pemain yang dianggap berbakat. Bahkan para pemain-pemain baru yang didatangkan Zahavi ini, didapatkan secara gratis atau bahkan murah dikarenakan kedekatan Zahavi dengan berbagai pemilik klub di Eropa, salah satunya Christian Manea dari Chelsea.

Praktik yang dilakukan Zahavi dengan menjual para pemainnya di Mouscron adalah hal yang legal. Ia tak bisa disebut melakukan praktik third party ownership karena ia bukan lagi “pihak ketiga” melainkan sebagai pemilik sebuah kesebelasan.

Pada dasarnya terdapat dua hak dalam kepemilikan pemain: hak admininstratif yang mencakup pendaftaran pemain ke liga serta hak komersial yang merupakan “harga” dari sang pemain saat ia dijual ke klub lain saat masih terikat kontrak. Hal yang dilarang di Liga Inggris, Liga Prancis, dan Liga Belgia, adalah diberikannya hak komersial kepada pihak lain di luar klub. Dengan menjadi pemilik klub, otomatis semua hak komersial pemain kini dimiliki oleh Zahavi sebagai representasi dari klub.

Melihat sepak terjang Zahavi menarik untuk melihat suatu saat nanti super agen lain mengikuti langkahnya. Misalnya Jorge Mendes yang bisa saja membeli sebuah klub untuk dijadikan etalase untuk para pemain yang berada dalam naungan agensinya.

0 comments :

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Back To Top